Dampak Energi Terbarukan terhadap Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Berasal dari proses alam berkelanjutan, energi terbarukan mampu menggantikan sumber energi fosil yang saat ini masih mendominasi penyediaan listrik di Indonesia. Beberapa contoh energi terbarukan yang dimaksud adalah tenaga angin, tenaga air, tenaga sinar matahari, hingga panas bumi. Karena berasal dari alam, energi-energi tersebut pun mampu menyuplai tenaga secara bersih dan minim emisi karbon.

Meski begitu, bukan berarti implementasi energi terbarukan tidak memiliki efek samping sama sekali. Dampak efek energi terbarukan bahkan tidak hanya terasa pada sektor lingkungan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Apa saja dampak-dampak yang dimaksud? Cek penjelasan selengkapnya berikut ini.

 

Dampak Sosial

Akses listrik hingga ke daerah pelosok

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Global Green Growth Institute (GGGI) untuk menerapkan Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Tujuannya demi meningkatkan kualitas hidup yang berkelanjutan dan merata, sekaligus menekan polusi, membangun infrastruktur, serta penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan akses energi di pedesaan dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan.

Berbagai proyek energi terbarukan skala kecil pun dilakukan demi menyediakan listrik bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil yang belum mendapat aliran listrik. Dari yang semula masih menggunakan generator diesel solar, perlahan diganti dengan sumber energi terbarukan bertenaga besar dari air, angin, panel surya, dan biomassa.

Membuka lapangan pekerjaan baru

Apabila pengembangan energi terbarukan konsisten dilakukan secara serius, maka akan tercipta peluang 63 juta lapangan pekerjaan baru pada 2050. Namun, di sisi lain, dampak energi terbarukan yang sebetulnya positif tersebut dapat mengancam pekerjaan di industri energi fosil. Itulah mengapa pemerintah sebaiknya mulai proaktif menyusun strategi transisi yang adil untuk para pekerja dan masyarakat terdampak.

 

Dampak Ekonomi

Investasi dengan potensi imbal hasil yang menarik

Penerapan energi terbarukan merupakan proyek besar, sehingga membutuhkan modal yang besar pula. Investasi swasta dan publik pun diperlukan demi mencapai hal tersebut. Walau begitu, potensi keuntungannya pun tidak kalah besar. International Renewable Energy (IRENA) telah meninjau hal tersebut.

Pemerintah memang memiliki Skenario Transformasi Energi yang cukup ambisius. Misalnya, untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius, diperlukan biaya sekitar US$19 triliun lebih besar daripada pendekatan yang dilakukan saat ini. Namun, pada 2050 nanti, manfaat yang didapatkan bisa mencapai US$50-142 triliun. Jumlah tersebut mampu membantu meningkatkan PDB dunia hingga 2,4%.

Solusi atas fluktuasi harga bahan bakar fosil

Tahukah Anda bahwa bahan bakar fosil memiliki harga dengan fluktuasi cukup tinggi? Akibat pandemi COVID-19, permintaan minyak mengalami penurunan tajam. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah, harga minyak mentah di Amerika Serikat mencapai titik negatif. Terlebih, banyak lembaga keuangan mulai meninggalkan bahan bakar fosil karena besarnya risiko keuangan investasi karbon.

Alhasil, demi membangun ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan, tingkat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil pun harus dikurangi. Di sinilah dampak energi terbarukan akan terasa. Pemanfaatan energi ramah lingkungan yang berasal dari alam mampu membantu mengurangi emisi karbon sekaligus menjadi solusi atas fluktuasi harga bahan bakar fosil.

 

Dampak Lingkungan

Emisi yang dihasilkan

Pada dasarnya, pembangkit energi terbarukan seperti tenaga angin dan matahari tidak menghasilkan emisi. Hanya saja, proses transportasi material, manufaktur, hingga pemasangannya tetap menghasilkan emisi. Pada pembangkit listrik tenaga surya, misalnya, estimasi emisi yang dihasilkan sekitar 32-90 gram ekuivalen karbon dioksida per kiloWatt hour (CO2e/kWh). Sedangkan rata-rata emisi yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga angin sekitar 9-18 gram CO2e/kWh.

Memakan lahan yang luas

Agar bisa melakukan transisi sepenuhnya ke energi terbarukan, dibutuhkan lahan luas untuk membangun pembangkit listrik. Kebutuhan akan lahan ini termasuk salah satu dampak energi terbarukan. Untuk pembangkit listrik tenaga angin saja, dibutuhkan lahan seluas kurang lebih 12-57 hektar per megaWatt

Sementara itu, pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan rata-rata luas lahan 1-4 hektar per megaWatt. Untungnya, pembangkit listrik tenaga surya juga dapat dipasang dalam bentuk panel surya di atap-atap rumah dan bangunan lainnya sehingga dapat membantu menghemat lahan.

Ternyata dampak energi terbarukan tidak hanya dirasakan pada sektor lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Selama diimplementasikan dengan baik, energi terbarukan pasti akan dapat memberikan lebih banyak dampak positif. Kini, Anda bisa mempercayakan SolarKita untuk pengadaan panel surya atap on-grid, mulai dari konsultasi, instalasi, hingga maintenance. Sudah siapkan Anda lepas dari energi fosil dan beralih ke energi terbarukan?

Written by Biru Cahya Imanda | 10 Feb 2021