Pengaruh Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dalam 5 Tahun Ke Depan

Peraturan Presiden baru saja mengeluarkan regulasi yang mengatur harga listrik untuk Energi Baru Terbarukan (EBT). Hadirnya regulasi ini dianggap sebagai bentuk terobosan untuk menghadirkan skema penggunaan energi baru terbarukan. Regulasi ini disusun bersama dengan pelaku usaha, dikomunikasikan serta disesuaikan dengan proyek-proyek yang ada.

 

Dengan adanya regulasi serupa, apakah energi baru terbarukan dapat mendominasi Indonesia dalam 5 tahun ke depan? Sejauh apa energi-energi baru ini dikembangkan oleh pemerintah sebagai sumber energi alternatif, bahkan energi utama ke depannya? Mari simak ulasannya berikut ini.

 

Jenis EBT di yang ada

 

Sebagai permulaan, mari kenali dulu beberapa jenis energi baru terbarukan yang ada. Setidaknya, ada tujuh EBT yang sudah mulai digunakan dan dalam proses pengembangan hingga kini. Dimulai dari energi baru terbarukan yang paling besar, yakni tenaga surya. Energi yang diperoleh dari sinar matahari ini dikonversikan menjadi panas dan listrik dengan sistem fotovoltaik.

 

Energi dari matahari ini tidak terbatas dan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi seluruh penghuni Bumi. Energi lainnya yang juga banyak dimanfaatkan adalah angin. Angin banyak digunakan untuk menggerakan turbin dan mengkonversi energi gerak tersebut menjadi listrik. Angin termasuk sumber energi bersih, karena tidak mencemari udara dan lingkungan di sekitarnya.

 

Ada juga energi baru terbarukan yang disebut hidroelektrik, atau dikenal juga dengan tenaga air. Di sini, air juga dimanfaatkan untuk menggerakan turbin penghasil listrik. Kekuatan gerakan air ini dimanfaatkan sebagai opsi yang juga ramah lingkungan. Selain itu, ada juga panas Bumi yang biasa diambil dengan pompa untuk dapat menggerakan turbin penghasil listrik. Panas Bumi selalu terbarukan dengan alami jadi tidak akan habis dalam waktu lama.

 

Tidak hanya itu, lautan, hidrogen, dan biomassa juga termasuk dalam energi baru terbarukan yang akan segera kita gunakan beberapa tahun ke depan. Lautan dapat menghasilkan dua jenis energi, yakni energi termal juga energi mekanik. Sementara hidrogen perlu digabungkan dengan elemen lain untuk dapat digunakan sebagai air. Namun, jika dipisahkan, dapat menghasilkan bahan bakar hingga tenaga listrik.

 

Terakhir ada biomassa, yakni bahan organik yang berasal dari organisme serta tumbuhan tertentu. Ini sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru, contohnya seperti memakai kayu bakar untuk memasak. Kayu bakar tersebut termasuk biomassa. Penggunaan biomassa yang menghasilkan karbondioksida juga dianggap baik karena dapat melestarikan lingkungan ekosistem sekitar.

 

Dampak positif EBT dalam aspek sosial dan ekonomi 

 

Adanya pengembangan dan penggunaan energi baru terbarukan juga dianggap membawa dampak positif dalam aspek sosial dan ekonomi. Satu yang paling utama adalah dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sendiri. Penggunaan energi baru terbarukan tidak hanya baik bagi lingkungan, tetapi baik juga bagi manusia yang tinggal di lingkungan sehat tersebut.

 

Ditambah lagi, energi baru terbarukan memungkinkan distribusi listrik hingga ke wilayah-wilayah pelosok karena opsi energi yang bisa digunakan sudah semakin banyak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan di setiap daerah tersebut. Di saat yang bersamaan juga, pemerintah bekerja sama dengan investor dan pengembang energi baru terbarukan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

 

Negara juga diuntungkan karena dapat mengurangi impor bahan bakar fosil. Dengan berkurangnya impor bahan bakar fosil, pengeluaran negara bisa ditekan. Bersamaan pula dengan mengurangi potensi polusi dan pencemaran lingkungan di negeri kita.

 

Dukungan pemerintah terhadap perkembangan EBT di Indonesia

 

Pemerintah jelas memiliki dukungan penuh terhadap perkembangan energi baru terbarukan di Indonesia. Regulasi yang diadakan jadi bukti pemerintah juga hendak meningkatkan daya tarik investasi di sektor ini. Ini dikarenakan pemerintah merasa bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi dan sumber energi baru terbarukan yang banyak, namun masih belum dioptimalkan penggunaan serta pengembangannya.

 

Langkah pertama yang diambil pemerintah selain menetapkan regulasi tadi, pemerintah juga menetapkan program REBID dan REBED, yakni Renewable Energy Based Industry Development dan Renewable Energy Based on Economic Development. Keduanya untuk menyeimbangkan pengembangan di sisi ilmu pengetahuan, industri, dan ekonominya.

 

Iklim investasi EBT di Indonesia

 

Energi baru terbarukan di Indonesia sebenarnya memiliki potensi pengembangan yang tinggi untuk dimanfaatkan. Ironisnya, Indonesia justru jadi negara kelima yang paling banyak menghasilkan gas rumah kaca. Ini yang membuat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa iklim investasi EBT di Indonesia sangat besar.

 

Untuk menjaga iklim investasi energi baru terbarukan di Indonesia sendiri, negara kita perlu ikut andil dalam penggunaan sumber-sumber energi alternatif ini. Dengan begini, investor juga dapat melihat masa depan EBT di Indonesia beberapa tahun ke depan, membuat iklim investasi semakin subur di Indonesia tentunya. Anda pun bisa berkontribusi dengan memasang panel surya atap bersama SolarKita.

Written by Jeliana Gabrella S. | 11 Jan 2021